Sepi pernah menjerat hari-hariku. Kala
itu rintik hujan dan ranting patah yang sesekali meramaikannya. Jarum jam yang terus berdetak memunculkan
rahasia demi rahasia apa arti kehadiranmu dalam kehidupanku?. Apa arti diriku dalam hidupmu? Dan sebelum
semuanya terungkap, kau terburu-buru menghilang tanpa bisa kuhentikan.
Sebenarnya aku bisa saja dengan
mudah menemukan jejakmu. Namun, kau sendiri yang memintaku untuk tak mencarimu.
Hanya kenangan dari beberapa fragmen yang kau tinggalkan cukup buatku untuk
mengenangmu. Mengingat pesonamu. Di
tengah penat dan lelah menghiasi tingkah canda mewarnai hari-hari kita. Semuanya begitu membekas meski beberapa
diantaranya memperjelas jarak, siapa aku dan siapa kau sebenarnya. Pada
akhirnya aku mengerti semua yang diawali dengan niat yang salah akan berakhir
dengan tidak sempurna.
Aku tahu kau berkemas dengan
tergesa. Tapi sikapku biasa saja. Walauku jelaskan akan percuma. Aku bukanlah tipe orang yang suka banyak berbicara,
menjelaskan banyak hal tanpa diminta.
Banyak yang aku pikirkan dan aku pertimbangkan. Jika kau mengira aku adalah udara, memberimu
nafas kehidupan sehingga sempat kau menitipkan banyak harapan sepertinya kau
salah mengira. Karena aku sesungguhnya
bukanlah udara bagimu. Tetapi aku adalah
angin nan semilir. Singgah menghapus
gerahmu sejenak. Pergi lalu menghilang
tanpa jejak.
Ya, begitulah aku. Seyognya angin, berhembus tak akan pernah ia
kembali ke posisi semula tempat dimana ia pernah memulai kisah.
Sekarang aku tak tahu dan tak pula
ingin tahu bagaimana kehidupan yang kau jalani. Ku harap lembar baru yang kau
buka, dipenuhi dengan tinta cerita penuh warna. Seperti halnya dirimu, akupun
harus membuka lembar baru dalam hidupku. Maaf aku pamit tanpa kata.
Note:
Untuk pantai, ku do’akan segera kau
menemukan ombak yang kau cari….. anggap ini sebuah tragedi cukup simpan di
lautan hati….^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar